Silakan Bagikan ke Teman-teman

Digitalisasi dalam pendidikan telah menjadi fokus utama seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pandemi COVID-19 berperan sebagai katalisator, mempercepat adopsi pembelajaran jarak jauh secara global. Meskipun teknologi menawarkan berbagai keuntungan, seperti fleksibilitas dan aksesibilitas, terdapat tantangan signifikan yang perlu diatasi untuk memastikan pendidikan berkualitas bagi semua peserta didik. Hal ini juga berlaku dalam konteks studi Islam kontemporer, dimana digitalisasi dapat menawarkan peluang baru untuk penelitian dan pembelajaran, tetapi juga menuntut adaptasi dan inovasi yang tepat.

Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran jarak jauh adalah kesenjangan akses terhadap teknologi. Banyak peserta didik, terutama di daerah pedesaan dan negara berkembang, tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat digital dan koneksi internet yang stabil. Hal ini menciptakan kesenjangan pendidikan yang semakin lebar, dimana mereka yang memiliki akses penuh lebih mampu mengikuti pembelajaran dibandingkan mereka yang tidak (UNESCO, 2021). Dalam konteks studi Islam, kesenjangan akses ini dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dan peneliti untuk mengakses sumber-sumber digital yang penting. Banyak literatur dan manuskrip Islam yang kini telah didigitalisasi dan tersedia secara online. Namun, tanpa akses yang memadai, banyak peneliti di negara berkembang terhambat dalam mengakses sumber-sumber ini.

Kualitas pengajaran dalam pembelajaran jarak jauh sering kali dipertanyakan. Metode pengajaran tradisional tidak selalu efektif dalam lingkungan digital, yang menuntut pendekatan yang lebih interaktif dan kolaboratif (Anderson & Dron, 2011). Pengajar perlu dilatih untuk menggunakan teknologi pendidikan secara efektif dan mengembangkan strategi pengajaran yang mampu menjaga keterlibatan dan motivasi peserta didik. Untuk studi Islam, digitalisasi menawarkan peluang untuk menggunakan multimedia dan alat interaktif dalam pengajaran. Misalnya, penggunaan aplikasi pembelajaran Al-Qur’an, video ceramah, dan forum diskusi online dapat memperkaya pengalaman belajar (Zein, 2021). Namun, hal ini juga menuntut kemampuan literasi digital dari pengajar dan peserta didik untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Hadis Rasulullah SAW yang mengatakan,

“مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ”

Artinya: “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama” (HR. Bukhari dan Muslim),

Hadis ini sejatinya menjadi sumber dan spirit dalam mendukung diciptakannya proses pendidikan yang berkualitas, termasuk melalui media digital.

Pembelajaran jarak jauh juga menimbulkan tantangan bagi kesejahteraan mental dan emosional peserta didik dan pengajar. Isolasi sosial dan tekanan tambahan dari adaptasi teknologi dapat mempengaruhi kesehatan mental (Dhawan, 2020). Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan dukungan psikologis dalam sistem pendidikan jarak jauh. Dalam konteks studi Islam, kesejahteraan mental dan emosional dapat ditingkatkan melalui pendekatan spiritual. Studi Islam sering kali mencakup pembahasan tentang etika, moral, dan spiritualitas yang dapat memberikan dukungan psikologis bagi peserta didik. Pembelajaran yang mengintegrasikan aspek spiritual dapat membantu mereka dalam menghadapi tekanan dan tantangan dalam pembelajaran jarak jauh. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,

“أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”

yang berarti “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28), yang menunjukkan pentingnya kesejahteraan spiritual.

Digitalisasi Mendorong Inovasi

Di balik tantangan tersebut, digitalisasi juga membawa inovasi yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Penggunaan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), misalnya, dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih imersif dan menarik (Pantelidis, 2010). Selain itu, platform pembelajaran online yang adaptif dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang lebih personal. Studi Islam kontemporer dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam. Misalnya, VR dapat digunakan untuk simulasi sejarah Islam, memberikan pengalaman virtual tentang kehidupan di masa Nabi Muhammad atau perjalanan haji. AR dapat digunakan untuk memvisualisasikan artefak sejarah Islam dan situs-situs penting (Mahmud, 2021).

Digitalisasi juga memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan yang lebih luas dan cepat. Berbagai platform digital memungkinkan pengajar dan peneliti untuk berbagi pengetahuan dengan audiens yang lebih luas, termasuk komunitas internasional. Hal ini sangat relevan dalam studi Islam, dimana pertukaran ilmu dan diskusi akademis lintas negara dapat memperkaya pemahaman dan penelitian. Selain itu, konferensi virtual dan webinar menjadi alat penting untuk melanjutkan dialog akademis tanpa batasan geografis. Pertukaran ini dapat meningkatkan kerjasama antar lembaga dan mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu kontemporer dalam Islam.

Pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi juga menjadi krusial. Kurikulum yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan zaman dapat meningkatkan relevansi pendidikan Islam kontemporer. Misalnya, materi yang melibatkan analisis kritis terhadap isu-isu modern, seperti bioetika Islam dan teknologi finansial syariah, dapat diperkaya dengan sumber digital. Ini tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk tantangan masa depan, tetapi juga memperluas wawasan mereka tentang aplikasi Islam dalam konteks modern. Kurikulum ini harus dirancang sedemikian rupa agar mencakup berbagai aspek kehidupan dan perkembangan kontemporer, sehingga peserta didik dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak kalah penting adalah aspek pengembangan profesional bagi pengajar. Pelatihan yang berkelanjutan dalam penggunaan teknologi pendidikan dan metodologi pengajaran jarak jauh harus menjadi prioritas. Pengajar yang terampil dalam teknologi dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan interaktif. Pelatihan ini juga harus mencakup aspek etika dan penggunaan teknologi secara bertanggung jawab, sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, pengajar dapat mengajarkan materi yang lebih relevan dan mendalam, serta mendukung pengembangan karakter peserta didik sesuai dengan ajaran Islam.

Peran pemerintah dan institusi pendidikan dalam mendukung digitalisasi sangat penting. Kebijakan yang mendukung akses universal ke teknologi dan internet, serta investasi dalam infrastruktur digital, adalah langkah-langkah vital. Dukungan finansial dan program beasiswa untuk peserta didik dari latar belakang kurang mampu dapat membantu mengurangi kesenjangan digital. Selain itu, kerjasama antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta dapat mempercepat proses digitalisasi. Pemerintah dan institusi pendidikan juga harus memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan mendukung akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua peserta didik.

Di tingkat global, kolaborasi antar lembaga pendidikan Islam dapat membuka peluang baru. Pertukaran pelajar dan program kolaboratif dapat meningkatkan akses ke sumber daya pendidikan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Program beasiswa, konferensi virtual, dan inisiatif bersama lainnya dapat memperkuat jaringan akademis dan mendukung penelitian lintas budaya. Kolaborasi ini tidak hanya memperluas cakrawala peserta didik, tetapi juga memperkuat hubungan antar komunitas Muslim di seluruh dunia.

Akhirnya, penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan etika dalam proses digitalisasi pendidikan. Pendidikan Islam yang holistik harus mencakup pengajaran nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. Ini dapat membantu peserta didik tidak hanya dalam pencapaian akademis, tetapi juga dalam membentuk karakter yang baik dan bertanggung jawab. Pendidikan yang mencakup aspek spiritual dan etika dapat memberikan landasan yang kuat bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan kehidupan dan berkontribusi secara positif kepada masyarakat.

Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif dan mengintegrasikan pendekatan holistik dalam pendidikan, digitalisasi dapat membawa dampak positif yang signifikan. Hal ini memerlukan komitmen dari semua pihak yang terlibat, termasuk pengajar, pemerintah, dan masyarakat luas. Dengan kerjasama yang baik, tantangan yang ada dapat diatasi dan peluang yang ada dapat dimanfaatkan untuk kebaikan bersama.

Digitalisasi dan pembelajaran jarak jauh menghadirkan tantangan dan peluang yang signifikan dalam pendidikan modern. Mengatasi kesenjangan akses teknologi, meningkatkan kualitas pengajaran, dan menjaga kesejahteraan mental dan emosional peserta didik dan pengajar adalah prioritas utama. Dengan strategi yang tepat, pembelajaran jarak jauh dapat dioptimalkan untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi semua, membuka jalan bagi inovasi yang berkelanjutan dalam sistem pendidikan global. Dalam konteks studi Islam, digitalisasi menawarkan peluang unik untuk memperkaya pembelajaran dan penelitian, namun juga menuntut adaptasi yang cermat untuk memastikan relevansi dan kualitas pendidikan.

By Amrar Mahfuzh Faza

Saat ini sebagai Tenaga Pengajar di STAIN Madina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *