Panyabungan, Madina.web.id – Tidak ada batasan bagi perguruan tinggi di daerah untuk menjadi unggul dan kompetitif di kancah nasional dan internasional dalam memberi pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Semua bergantung pada kepiawaian komunikasi, keberanian berinovasi (khusus bidang administrasi) dan memiliki perencanaan strategis. Tidak kalah penting pendekatan superteam mutlak dilakukan dalam menjalankan visi misi perguruan tinggi. Superteam meniscayakan kerjasama solid seluruh elemen perguruan tinggi, mulai dari pimpinan, dosen, staff dan mahasiswa dalam mencapai target unggul dan kompetitif.
Hal tersebut menjadi perbincangan akademik dalam seminar Nasional bertajuk “Pengelolaan Perguruan Tinggi yang Unggul dan Kompetitif” yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal (STAIN MADINA) pada Sabtu (6/7/2024) di Aula STAIN MADINA. Hadir sebagai narasumber Guru Besar UIN Kiai Haji Ahmad Siddiq Jember Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M. Turut hadir Wakil Ketua II STAIN MADINA Dr. H. Kasman, S.Pd.I., M.A dan Wakil Ketua III STAIN MADINA Dr. Irma Suryani Siregar, M.A serta para peserta yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa.
Kasman menuturkan, untuk berhasil mengelola perguruan tinggi tidak lepas dari pengalaman dan teori. Keduanya harus bertautan. Titik awal membentuk pengalaman dan paham teori terletak pada saat menjadi mahasiswa. Jika mahasiswa saat ini ingin menjadi pemimpin maka biasakanlah terlibat dalam mengambil pilihan-pilhan sulit dalam berorganisasi.
Dalam sambutannya, Kasman juga menyampaikan, saat ini STAIN MADINA secara berangsur tapi pasti telah mengalami peningkatan. Dari awal penegerian 2018 yang hanya memiliki ratusan mahasiswa saat ini telah mencapai ribuan. Pembangunan dan kualitas sumber daya manusia juga terus meningkat. Hal ini menurutnya tidak lepas dari kinerja pimpinan dan bawahan yang solid sehingga mengalami perubahan positif.
Irma menuturkan, kegiatan seminar ini diselenggarakan untuk menambah wawasan dan keilmuan seluruh civitas akademika yang ada, khususnya di STAIN MADINA. Di tengah banyaknya tuntutan terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi maka diperlukan memperbincangkan banyak hal terkait bagaimana trik untuk mengelola perguruan tinggi agar mampu menghasilkan output yang bermutu tinggi. Ujar Irma yang dalam hal ini sebagai ketua panitia seminar.
Secara terpisah Prof. Dr. H. Sumper Mulia Harahap, M.Ag yang merupakan ketua STAIN MADINA mengucapkan terimakasih, dan turut berbangga hati terhadap terselenggaranya seminar nasional tersebut. Pengelolaan perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif menurutnya harus banyak meneladani perguruan tinggi yang telah terlebih dahulu mencapai unggul dan kompetitif. Sehingga menghadirkan pembicara yang telah berhasil memimpin perguruan tinggi dan memiliki segudang pengalaman seperti Prof. Dr. Babun Suharto, S.E., M.M. merupakan hal yang tepat. Kehadiran beliau ke STAIN MADINA diharapkan mampu menstimulasi seluruh SDM yang ada untuk bekerja hebat dan profesional dalam mengembangkan perguruan tinggi.
Patut disadari, pada dua dekade belakangan dan berlanjut hingga 2030 adalah masa krusial dan kritis bagi bangsa Indonesia. Karena memiliki modal demografi yang dapat mendukung Indonesia mencapai era keemasan pada 2045. Untuk memanfaatkan bonus demografi itu maka perguruan tinggi harus mampu memberikan pelayanan bermutu agar dapat mempersiapkan generasi yang unggul dan mampu berdaya saing global.
Babun menyampaikan, pengelolaan perguruan tinggi yang unggul mensyaratkan pengelolaan SDM yang berkualitas, menyediakan perangkat kelembagaan yang mapan dan membentuk lembaga riset dan kajian. Tridharma perguruan tinggi harus ditempatkan pada prioritas utama.
Secara luas Babun menuturkan, peran strategis perguruan tinggi dilihat pada empat aspek yakni membangun masyarakat beradab, meningkatkan kualitas hidup manusia, mewujudkan kehidupan yang bermartabat, dan menciptakan warga negara yang baik. Dari sinilah dasar bahwa perguruan tinggi harus dikelola secara professional dan multi pendekatan, ujar Babun yang telah lima periode memimpin Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Jember tersebut. Dari pengalaman itu Babun berhasil melakukan transformasi kelembagaan perguruan tinggi dari STAIN ke IAIN dan IAIN ke UIN.
Babun yang telah lama bergelut dalam dunia birokrasi, banyak menyampaikan pengalaman pribadinya dalam menghadapi rintangan dan dinamika dalam mengelola perguruan tinggi. Hambatan itu menurutnya kerap kali berkaitan dengan persoalan regulasi. Jika pendidikan tinggi adalah modal untuk meningkatkan peradaban bangsa, maka perguruan tinggi yang ada di daerah-daerah khususnya yang masih berstatus Sekolah Tinggi harus mengambil langkah berani dan kreatif agar mampu meningkatkan status kelembagaan.
Berbagai hambatan seperti ketatnya regulasi dan proses administrasi akan mudah diatasi jika dilakukan dengan pendekatan komunikasi. Dengan demikian, menjadi pemimpin harus memiliki kepiawaian komunikasi. Untuk mewujudkan transformasi kelembagaan menurutnya, di samping kesiapan SDM yang bermutu, juga harus memiliki dukungan dana yang cukup dan pembangunan yang memadai, hal itu menurutnya merupakan tantangan yang sulit.
Dalam hal ini Babun mengapresiasi kinerja ketua STAIN MADINA dalam meningkatkan pembangunan gedung di STAIN MADINA. Pasalnya tidak mudah mendapatkan anggaran pembangunan gedung perguruan tinggi di daerah, seperti STAIN MADINA dari pemerintah. “Tentu pencapaian ini merupakan hasil kerja hebat seorang pemimpin, dan soliditas bawahan yang terbentuk dari kepiawaian komunikasi yang dimiliki pimpinan”, ujarnya.