Agama hadir untuk membentuk kepribadian manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Manusia tergantung bagaimana ia mengaplikasikan asma Tuhan yang sudah ada padanya. Kecenderungan akan agama terus ada bahkan sekalipun orang tersebut tidak beragama. Unsur agama di samping terdapat kemanusiaan juga terdapat ketuhanan, itu ada pada diri manusia yang memiliki kecenderungan terhadap Tuhan dan sesama manusia, tinggal bagaimana ia mampu mengaktualisasikan segala potensi tersebut.
Tuhan menciptakan manusia dalam kesatuan dan keragaman, sehingga dimungkinkan terwujudnya sikap toleran antara keadaan bersatu dan kenyataan berbeda. Sifat maha pengasih dan maha penyayangnya Tuhan telah mendorong untuk mengajarkan agama kepada manusia sebagai wadah untuk menemukan dan mempertahankan kemanusiaannya. Oleh karena itu, setiap agama tentu menjadi pendukung dan pembela kelestarian kemanusiaan, karena dalam ajaran agama dinyatakan, agama merupakan fitrah manusia.
Jika keberadaan agama pada prinsipnya ingin mengambil peran dalam memelihara kebersamaan dan keselamatan warga, maka umat beragama sudah semestinya melakukan komunikasi secara aktif dan produktif agar keberadaan mereka dapat berjalan sesuai keinginan, yaitu terjalinnya harmoni di kehidupan masyarakat. Perilaku beragama yang moderat secara internal akan menghasilkan cara dan sikap beragama yang baik, bijak atau tidak kaku, dan melihat kewajiban beragama sebagai bentuk yang bersesuaian dengan fitrah dan kebahagiaan. Sedangkan secara eksternal menghasilkan perilaku beragama yang terbuka, lapang, akomodatif, dan terbiasa mengutamakan relasi dalam membangun kehidupan lebih bijaksana, harmonis, dan berkemajuan, sehingga beragama menjadi rahmat bagi kehidupan yang majemuk.
Sikap beragama yang moderat ini lahir disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, terdapat perintah agama agar supaya memuliakan manusia (walaqad karramnâ banî âdam). Kedua, kesadaran terhadap adanya kesatuan ketuhanan, kenabian, kemanusiaan. Ketiga, kesadaran terhadap kenyataan bahwa warga masyarakat secara global membangun kehidupan dan kebangsaan majemuk dan multikultural. Kesadaran akan keniscayaan terwujudnya perdamaian/kerukunan dengan kesadaran beragama, semetinya telah final di kalangan umat dan lembaga keagamaan. Oleh sebab itu, saat ini yang menjadi fokus utama gagasan kegiatannya adalah “Dakwah Esoterik” dalam pengertian bersama agama-agama menegakkan religiusitas dan moralitas sebagaimana pesan keberagamaan dalam kitab suci untuk kehidupan bermasyarakat.
Wallahu A’lamu bi al-Shwab.
Penulis: Marlian Arif Nasution