Otak kiri adalah otak rasional yang berhubungan dengan IQ. Kata- kata yang kerap digunakan untuk menjelaskan otak kiri adalah rasional, kognitif, logis, realitis, analistik, kuantitatif, aritmatik, serial, linier, terencana, kausal, segmental, focus, verbal, eksplisit, intrapersonal, dan self centric. Sementara otak kanan adalah otak emosional yang terkait dengan EQ. Kata- kata yang kerap dipakai untuk menggambarkan otak kanan adalah emosional, efektif, intuitif, imajinatif, artistic, kualitif, spasial, parallel, lateral, tak terencana, impulsive, holisitik, difus, visual, implisit, interpersonal, dan other- centric.
Penelitian para ahli menunjukkan bahwa kesuksesan ditentukan oleh keberadaan otak kanan. Artinya, orang yang otak kanannya aktif dominan dibanding dengan otak kirinya, maka peluangnya untuk sukses semakin besar. Para CEO dunia, adalah orang yang sebenarnya secara intelektual tidak terlalu cerdas. Setidaknya raport mereka sewaktu sekolah tidak bertabur angka 9 dan 10. Bahkan ada di antara mereka yang tidak tamat sekolah. Ada pula yang tidak bersekolah sama sekali. lalu apa yang membuat mereka berhasil? Jawabnya karena mereka menggunakan otak kanan, karena mereka memiliki kecerdasan emosional. Mereka memiliki kemampuan untuk memaksimalkan kemampuan otak kanannya. Itulah yang membuat mereka berhasil. Selanjutnya, dalam konteks kerja, orang kanan bekerja dengan panggilan jiwa. Tegasnya mereka akan bekerja dengan hati. Sedangkan orang kiri bekerja berdasarkan tugas dan kewajiban.
Selama ini diskursus tentang “otak kanan” dan “otak kiri” hanya berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan. Perkembangan terakhir tentang teori- teori pendidikan menunjukkan, belajar di sekolah menjadi menarik jika proses pembelajarannya menyenangkan. Para siswa di beri ruang yang luas untuk mengembangkan kreatifitasnya. kecerdasan emosional sama pentingnya bahkan lebih penting dari kecerdasan intelektual. Para juara tidak saja memilki nilai rapor 1 sampai 10, tetapi juga harus memiliki kecerdasan emosi, misalnya memilki kehangatan dalam bergaul, memiliki kemampuan berempati, mampu menghargai dan mengapresiasi, dan sebagainya. Persoalannya sekarang adalah, bagaimana pengaruh otak kanan dalam menata keberagaman seseorang ? Tegasnya, apakah ada pengaruh otak kanan dalam berpolitik ?
Politik adalah bentuk perjuangan untuk mendapatkan atau cara menjalankan kekuasaan. tentunya disertai dengan niat dan tujuan yang baik untuk kepentingan bersama. Banyak pengertian dari beberapa ahli mengenai politik, salah satunya menurut Ramlan Surbakti Politik adalah komunikasi pemeritah dan masyarakat demi kebaikan bersama. Hal ini diwujudkan dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan dari semua orang yang terlibat serta terdampak politik.
Saat ini adalah tahun politik dimana kita banyak melihat beberapa poster, baliho bertebaran di jalan- jalan dengan bahasa yang menarik perhatian masyarakat agar masyarakat menjadi simpati. Tidak hanya itu kita juga banyak melihatnya di tv, mendengar di radio dan bahkan di sosial media baik instagram, facebook, whastApp. Tujuan terbesar dari tahun politik ini adalah mencari suara rakyat sebanyak mungkin. semua partai berlomba untuk mencari suara terbanyak menyuruh para caleq- caleqnya untuk lebih dekat lagi kepada rakyat agar apa yang di inginkan partai terwujud.
Di tahun politik eskalasi konflik akan meningkat, baik skala luas maupun terbatas. Akan banyak pasangan suami – istri yang sering bertengkar politik, selain bertengkar urusan sembako, yang ikut mewarnai pertengkaran antar pendukung calon atau partai. Pertengkaran anak dan orang tua bukan mustahil akan sering terjadi. Hati- hati tahun politik bagaikan api yang sekam. Jumlah orang saleh akan meningkat fantastis di tahun politik. Rumah ibadah akan banyak didatangi para kontestan politik.
Ketika mereka ingin mendapatkan suara rakyat, dimensi apa sesungguhnya yang paling mendominasi. Jika fisiknya yang dominan dan qalbunya tidak hadir maka yang dilakukannya tak lebih hanya sekedar nyanyian belaka. Mereka tidak tulus mengabdi kepada rakyat tapi hanya ingin memuaskan kepentingan pribadi dan keluarga.
Orang yang berpolitik dengan otak kiri maka akan menjadi sangat mekanistik. Perhatiannya sangat terfokus pada hal- hal yang bersifat formal, yaitu terpenuhinya suara dukungan dari rakyat, hadir pada rapat tanpa usulan dan perubahan, menggunakan waktu kampanye di akhir- akhir masa pemilihan. Bahkan lebih seramnya lagi ada sebagian yang berpendapat dengan serangan fajar maka dia akan menang. Lihatlah berapa banyak orang yang menghabiskan uang banyak hingga milliyaran tapi tidak terpilih. Orang kiri beranggapan dengan adanya uang mereka keyakinan mereka akan menang.
Orang yang berpolitik dengan otak kiri ketika dia menang dalam kontestasi politik dia lebih cenderung melanjutkan program- program yang sudah ada. Bahkan menghilangkan program yang lama karena dalam pandangannya program itu merugikan atau tidak sesuai dengan hitung- hitungan. Orang kiri lebih mementingkan perasaan suka dan tidak suka dengan orang lain, bukan berdasarkan keterampilan seseorang yang dimiliki atau kemampuannya. Orang kiri berpandangan yang penting tugasnya siap semuanya berjalan lancar.
Orang yang berpolitik dengan otak kanan dengan sebaliknya. Mereka suka memberi tanpa mengharapkan suara rakyat, mereka tahu yang mereka berikan karena rakyat membutuhkannya bukan semata- mata mengharapkan dukungan dan suara. Ia datang ke masjid karena panggilan Allah, bukan karena ingin di puji. Ia memberi bantuan ke pengajian, ke masjid- masjid atau kepada masyarakat yang lemah karena mereka hanya ingin sebagai orang yang bernilai. Para politikus yang memakai otak kanan menganggap ini sebagai investasi, terlebih- lebih investasi untuk akhirat, bukan sebagai beban biaya atau cost yang keluar.
Orang yang berpolitik dengan otak kanan ia akan menambah program- program baru, program yang belum pernah dibuat sebelumnya, program- program yang kreatif dan inovatif. Ia akan mendisegn programnya agar tepat sasaran dan bermutu sehingga tidak sia- sia. Memilih orang sebagai pendampingnya karena skillnya bukan suka dan tidak suka. Orang kanan akan menikmati hasilnya dengan hati, baik itu ia menang atau kalah. Ia akan menuruti kata hatinya, tanpa harus terjebak oleh siapapun. Ia tidak sekedar hanya memberi tetapi juga sudah pada tingkat merasakan, Ia berpolitik dengan jiwa dan hatinya bukan karena paksaan. Orang kanan berpolitik dalam rangka mengabdi bukan karena untuk mendapatkan sesuatu. Pendek kata, cara orang politikus orang kanan dengan orang kiri nyata- nyata berbeda. Tulisan ini tidak berpretensi untuk menghakimi bahwa politik orang kiri tidak bagus atau politik orang kanan yang bagus atau sebaliknya. Tulisan ini hanya menjelaskan cara orang yang berpolitik dengan otak kanan dan kiri.